Ketika Yesus memulai misinya, ia hanya memiliki 12 murid. Tapi herannya, ia dapat mempengaruhi seluruh dunia dengan cara hidupnya yang luar biasa.
Semestinya hal yang sama terjadi dengan para pengikut-Nya pula. Mereka, dalam hidupnya, telah membawa Yesus sebagai saksi dari kasih Allah di tengah dunia dan masyarakat. “Kita adalah saksi- Nya, artinya apa yang didengar dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari berasal dari Dia yang mengutus.” Tapi sesungguhnya, Dia tidak bicara tentang warga Kristen semata, tapi tentang warga dunia, seluruh umat manusia.
Kepada kita, dikatakan-Nya, “Bawalah kabar sukacita, kabar gembira dan kabar keselamatan kepada semua orang, kapan dan dimana saja. Dalam situasi apa saja, kabar gembira itu diwartakan, entah dalam makan bersama, rekreasi bersama, kerja bersama, sharing bersama, olahraga bersama, dan sebagainya.
Misi kita ialah mengubah orang yang dulu dianggap penjahat, menjadi orang baik-baik. Kita harus mengakui orang lain sebagai orang baik, karena Yesus sendiri mengakui manusia sebagai orang baik. Maka pada setiap orang Tuhan telah memberikan kebaikan- kebaikan yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Oleh karena itu kita perlu meyakinkan orang lain itu tentang kebaikan-kebaikan yang ada dalam dirinya dan dapat dikembangkan untuk sesamanya.
Di sinilah kita butu komunikasi sebagai syarat untuk kita saling mengenal satu dengan yang lain. Dalam arti ini, kita dipanggil dan diutus Tuhan untuk memberdayakan sesama melalui berbagai cara. Dana yang tersedia adalah salah satu cara untuk memberdayakannya.
Tapi paling penting ialah orang bersangkutan harus sadar bahwa ada kebaikan-kebaikan yang diberikan Tuhan dalam dirinya. Jadi bukan sekedar cari dana untuk mendorong aktualisasi potensi dirinya, tapi kita bersama-sama bekerja sama untuk memberdayakan dan mengaktualisasikan potensi dan kebaikan yang ada dalam dirinya.
Dalam arti ini, kita mengembangkan potensi dirinya, dan bukan milik kita. Seharusnya pemberdayaan diri orang lain harus tiba pada kesadaran bahwa mereka sendiri merasakan mereka punya. Contohnya kita membuat mesjid, jalan raya, dan lainnya agar kita mengajak dia menyadari bahwa kita saling membutuhkan, karena kita memiliki potensi dan kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri. Hal ini tidak berarti, kita cari nama karena telah memberdayakan potensi dirinya. Sebaliknya, upaya pemberdayaan itu adalah kesadaran bahwa kita menjadi sesama bagi orang lain. Di sinilah kita menjadi pewarta kasih Tuhan kepada lingkungan dimana kita tinggal dan hidup lintas agama, suku, ras dan golongan. (LS)