Adiksi

Apakah Therapeutic Communities Efektif?

Secara keseluruhan, penelitian menemukan bahwa peserta komunitas terapeutik (TC) dengan penyalahgunaan zat, perilaku kriminal, dan gejala kesehatan mental; i menunjukkan peningkatan hasil setelah mendapatkan rawata, ini terutama terjadi pada peserta yang memasuki pengobatan dengan masalah yang paling parah (De Leon, 2010; Vanderplasschen et al., 2013).
Studi hasil jangka panjang terbesar dari intervensi perawatan adiksi hingga saat ini adalah Drug Abuse Treatment Outcome Studies (DATOS) (DATOS) yang disponsori NIDA, yang memeriksa efektivitas beberapa jenis program perawatan penyalahgunaan narkoba di Amerika Serikat, termasuk TC, pemeliharaan metadon, perawatan awat jalan, dan program rawat inap jangka pendek. DATOS menemukan TC efektif. Peserta yang menunjukkan peningkatan perilaku setelah 1 tahun terus melakukannya setelah 5 tahun, yang juga berlaku untuk modalitas lain yang diteliti (Hubbard et al., 2003).

Lamanya waktu dalam pengobatan ditemukan penting untuk TC, serta untuk modalitas lainnya. Berpartisipasi setidaknya selama 3 bulan dikaitkan dengan hasil yang lebih baik pada 1 tahun – sebuah temuan yang konsisten dengan penelitian lain yang menunjukkan pentingnya durasi perawatan. Pada tindak lanjut 5 tahun, peserta TC menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelum memasuki perawatan, yang juga berlaku untuk pemeliharaan metadon dan perawatan rawat jalan. Peserta dari ketiga kelompok perlakuan telah mengurangi prevalensi penggunaan kokain mingguan atau lebih sering sebesar 50 persen, mengurangi kegiatan ilegal hingga 50 persen, dan meningkatkan pekerjaan penuh waktu sebesar 10 persen dibandingkan dengan tahun. Sebelum masuk perawatan. Di antara peserta DATOS di TC, hasil 5-tahun yang lebih baik (seperti berkurangnya penggunaan Kokain, ganja, dan masalah penggunaan alkohol dan aktivitas ilegal serta peningkatan pekerjaan penuh waktu) dikaitkan dengan tetap dalam pengobatan selama 6 bulan atau lebih.

Read more

Berkat Pengorbanannya

Pengorbanan bagi seorang Romo Lambertus Somar, MSC adalah bagian dari penghayatan hidupnya berdasarkan Spiritualitas Hati Tuhan. Ia yakin dan percaya bahwa cinta yang membara itu bersumber dari cinta hati Tuhan yang menghidupkan setiap orang.

Itulah sebabnya, YKM yang didirikannya bukan sekedar nama. Tapi Yayasan Kasih Mulia adalah penampakan jati dirinya yang terpanggil untuk membela mereka yang sakit, menderita dan terpinggirkan oleh keluarga dan masyarakat. Meskipun berhadapan dengan tantangan dan kesulitan, terutama yang datang dari pemerintah dan pihak-pihak lain yang lebih mengutamakan kepentingan diri, namun ia tak pernah gentar.

Keyakinannya ialah percaya korban narkoba dipulihkan, cinta bahwa apa yang tidak mungkin itu menjadi dasar bagi pelayanan bagi manusia, namun selalu bagi mereka. Dasar pijakan inilah mungkin bagi Tuhan. Ia tetap yakin yang menjadikan Kedhaton dan percaya bahwa karena lebih parahita diakui sebagai rujukan dan dahulu dicintai Tuhan, maka ia referensi bagi proses pendidikan pun terbuka hati untuk membagi bagi calon-calon konselor adiksi cinta yang sama bagi sesama. Sebab dan pendidikan bagi profesional mereka adalah penampakan wajah adiksi di Indonesia maupun dunia.

Tuhan sendiri. Memang awal usaha ini tidaklah Dari keyakinan itu, lahirlah mudah. erja sama dengan panti rehabilitasi narkoba dengan pihak-pihak lain hampir menuai nama Kedhaton Parahita (Istana kegagalan. Berbagai kendala Cinta Kasih). Tempat dimana para muncul dan menjadi tantangan dan kesulitan tersendiri. Tapi, bagi seorang Lambertus Somar tak pernah kenal kata lelah dalam upaya menyiapkan sumber daya manusia demi meningkatkan pelayanan kepada para korban adiksi.

Meskipun selama 10 tahun ia hanya mendapat 10 orang yang trampil dan kompeten, namun tidak membuat beliau kecil hati. Dalam perjalanan waktu, tak sedikit orang-orang pemerintah maupun komponen masyarakat dikirimnya ke luar negeri untuk menyiapkan tenaga-tenaga trampil dan kompeten bagi pengembangan pelayanan yang bermutu terhadap korban narkoba di Indonesia.

Bahkan atas inisiatif beliau, berbagai seminar, simposium, konferensi internasional telah diselenggarakan di Indonesia dengan melibatkan instansi- instansi pemerintah dan komponen masyarakat yang peduli pada kasus narkoba. Proses belajar menjadi ahli dan profesional terus digulirkan atas inisiatif beliau, walau tanpa mempertimbangan segala pengorbanan yang ditanggungnya.

Contohnya, YKM menyelenggarakan ujian bagi calon- calon konselor adiksi di Indonesia dengan mengundang para pakar yang datang dari luar negeri, seperti USA, Eropa, Australia, Asia dan Afrika. Demikian pula YKM menjadi co-sharing diantara negara-negara di dunia untuk menyelenggarakan berbagai seminar, konferensi, lokakarya dan simposium internasional tentang narkoba di Indonesia.
Akhirnya, kerja keras beliau itu menghasilkan buah. YKM tidak lagi mengirim orang ke luar negeri, tapi telah diberikan kepercayaan oleh Colombo-Plan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi profesional adiksi yang bersertifikat internasional. Hal yang sama,
ARTIKEL
Pertemuan ini secara formal dihadiri oleh YKM sebagai Educa on Provider for Addic on Professional yang dibawah pengawasan Colombo-Plan yang menjadi pilot proyek USA di Asia Pasific. YKM menjadi lembaga satu-satunya yang dipercayakan USA via Colombo-Plan sebagai penyelenggara pendidikan bagi para profesional adiksi di Indonesia
atas perjuangannya, YKM pun menjadi pusat pembelajaran bagi konselor adiksi yang dikukuhkan oleh World Federation Therapeutic Communities (WFTC) yang berkedudukan di New York, USA.

Sekarang, YKM telah menjadi pusat pendidikan dan pembelajaran internasional bagi peningkatan kualitas pelayanan terhadap pengguna narkoba di Indonesia. Ini bukti bahwa YKM telah menyiapkan sekolah bagi profesional adiksi dan konselor adiksi bagi bangsa dan negara ini. Jadi YKM telah berjasa bagi bangsa dan negara ini.

Bahkan melalui jasa-jasa itu, pemerintah melalui BNN maupun Depsos dan berbagai komponen masyarakat dapat memanfaatkan “Learning Center” dan Parahita Education Provider for Addiction Professional yang disediakan oleh YKM ini.

Maka tidak heran, atas jasa Romo Lambertus Somar MSC sebagai founder YKM dianugerahkan penghargaan tertinggi bagi seorang tokoh masyarakat yang peduli kepada pencegahan narkoba dan pemulihan para korban narkoba di Indonesia.

Read more

Setiap Orang Memiliki Kebaikan- Kebaikan

Ketika Yesus memulai misinya, ia hanya memiliki 12 murid. Tapi herannya, ia dapat mempengaruhi seluruh dunia dengan cara hidupnya yang luar biasa.

Semestinya hal yang sama terjadi dengan para pengikut-Nya pula. Mereka, dalam hidupnya, telah membawa Yesus sebagai saksi dari kasih Allah di tengah dunia dan masyarakat. “Kita adalah saksi- Nya, artinya apa yang didengar dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari berasal dari Dia yang mengutus.” Tapi sesungguhnya, Dia tidak bicara tentang warga Kristen semata, tapi tentang warga dunia, seluruh umat manusia.

Kepada kita, dikatakan-Nya, “Bawalah kabar sukacita, kabar gembira dan kabar keselamatan kepada semua orang, kapan dan dimana saja. Dalam situasi apa saja, kabar gembira itu diwartakan, entah dalam makan bersama, rekreasi bersama, kerja bersama, sharing bersama, olahraga bersama, dan sebagainya.

Misi kita ialah mengubah orang yang dulu dianggap penjahat, menjadi orang baik-baik. Kita harus mengakui orang lain sebagai orang baik, karena Yesus sendiri mengakui manusia sebagai orang baik. Maka pada setiap orang Tuhan telah memberikan kebaikan- kebaikan yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Oleh karena itu kita perlu meyakinkan orang lain itu tentang kebaikan-kebaikan yang ada dalam dirinya dan dapat dikembangkan untuk sesamanya.

Di sinilah kita butu komunikasi sebagai syarat untuk kita saling mengenal satu dengan yang lain. Dalam arti ini, kita dipanggil dan diutus Tuhan untuk memberdayakan sesama melalui berbagai cara. Dana yang tersedia adalah salah satu cara untuk memberdayakannya.

Tapi paling penting ialah orang bersangkutan harus sadar bahwa ada kebaikan-kebaikan yang diberikan Tuhan dalam dirinya. Jadi bukan sekedar cari dana untuk mendorong aktualisasi potensi dirinya, tapi kita bersama-sama bekerja sama untuk memberdayakan dan mengaktualisasikan potensi dan kebaikan yang ada dalam dirinya.

Dalam arti ini, kita mengembangkan potensi dirinya, dan bukan milik kita. Seharusnya pemberdayaan diri orang lain harus tiba pada kesadaran bahwa mereka sendiri merasakan mereka punya. Contohnya kita membuat mesjid, jalan raya, dan lainnya agar kita mengajak dia menyadari bahwa kita saling membutuhkan, karena kita memiliki potensi dan kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri. Hal ini tidak berarti, kita cari nama karena telah memberdayakan potensi dirinya. Sebaliknya, upaya pemberdayaan itu adalah kesadaran bahwa kita menjadi sesama bagi orang lain. Di sinilah kita menjadi pewarta kasih Tuhan kepada lingkungan dimana kita tinggal dan hidup lintas agama, suku, ras dan golongan. (LS)

Read more

Pendanaan program rehabilitasi dan pelatihan Yayasan Kasih Mulia

 

Dengan dukungan Anda, kami dapat membantu masyarakat, mengembalikan lebih banyak keluarga dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Donasi Anda hari ini akan membantu mereka yang memiliki adiksi menemukan kembali harapan.

Read more

Apakah Itu Adiksi?

  • Adiksi adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu ketergantungan terhadap zat / narkoba yang membuatnya hanya fokus pada penggunaan zat.
  • Meliputi ketergantungan fisik, yaitu kondisi dimana tubuh sudah mulai terbiasa dengan zat tersebut dan menganggapnya sebagai bagian dari fungsi normal ketubuhan.
  • Ketergantungan fisik menimbulkan efek toleransi, proses dimana tubuh beradaptasi dengan penggunaan zat, yang lama kelamaan membutuhkan dosis yang lebih banyak untuk mendapatkan efek yang sama.
  • Craving atau mengidam adalah keinginan yang sangat kuat untuk menggunakan narkoba. Terjadinya karena ketergantungan fisik dan karena proses pembiasaan. Karena penggunaan narkoba seringkali berhubungan dengan hal lain seperti benda, tempat, orang lain di lingkungan, munculnya tanda lain tersebut bisa men trigger keinginan untuk menggunakan kembali.
  • Withdrawal atau gejala putus obat berhubungan dengan gejala yang tidak menyenangkan (bersifat fisik maupun psikologis) saat menghentikan penggunaan narkoba atau menghentikan perilaku adiksinya. Gejala tersebut antara lain kecemasan, gelisah, craving yang sangat intense, mual, sakit kepala, tremor dan halusinasi.
  • NIDA (National Institute on Drug Abuse) mengatakan bahwa adiksi merupakan penyakit yang menyerang fungsi otak, bersifat kronis dan memiliki resiko kambuh yang tinggi, juga ditandai dengan pencarian dan penggunaan kompulsif meskipun mengetahui memiliki konsekuensi yang membahayakan.

Bagaimanakah ciri seorang pecandu?
Adanya perubahan tingkah laku dan sosial dalam keseharian :

  • Berbicara tidak jelas, agak pelo
  • Selalu was-was dan tidak mau kamar diperiksa
  • Kedatangan teman / telpon yang tidak dikenal
  • Sering kehilangan barang / uang di rumah
  • Perlu banyak uang setiap harinya untuk membeli narkoba
  • Malas belajar
  • Mudah tersinggung
  • Menghindari kontak mata langsung
  • Manipulasi
  • Berbohong
  • Menarik diri dari aktivitas bersama keluarga
  • Suka menyendiri

Mengapa orang menggunakan narkoba :

  • Rasa ingin tahu
  • Karena orang lain/teman juga menggunakan narkoba
  • Merasa nyaman dan percaya diri ketika menggunakan narkoba
  • Untuk mengurangi perasaan sedih dan stress
  • Untuk mengurangi rasa sakit.

*****
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami klik disini

Read more

Kita Berada Dalam Darurat Narkoba

Dalam situasi darurat Narkoba di Indonesia, Presedien RI – Joko widodo tidak tinggal diam. Ia menawarkan sebuah gerakan baru yang melibatkan semua pihak untuk ikut berpikir dan bertindak terhadap pengaruh negatif narkoba.

Inilah sebuah gerakan penting dan menjadi pintu masuk bagi upaya-upaya pencegahan terhadap jaringan narkoba yang sulit dibendung. Gerakan merehablitasi 100 ribu pengguna narkoba dan adiksi lainnya oleh Presiden adalah program nyata yang harus ditindaklanjuti oleh lembaga- lembaga pemerintah dan swasta.

Gerakan baru ini dilihat sebagai momen penting dimana Negara merasa bertanggungjawab terhadap pengaruh adiksi yang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat dan masa depan generasi muda khususnya.

Hal ini bukan perkara kecil. Kita dituntut untuk turun tangan bersama terutama memiliki tekad untuk mengadakan pencegahan terhadap merebaknya narkoba di Indonesia. Sebanyak 100 ribu orang yang harus direhabilitasi, ini bukan sekedar euforia seorang Presiden. Tapi ia memiliki keprihatinan yang dalam terhadap korban narkoba yang semakin mengkawatirkan keluarga dan masyarakat.

Gerakan rehabilitasi ini merujuk pada data prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia tahun 2015 yang dirilis oleh Puslitdatin BNN, diketahui bahwa angka prevalensi itu sebesar 2.20% atau setara dengan 4.098.029. Terdiri dari 1.599.836 orang kelompok coba pakai (0.86%); 1.511.35 tergolong orang teratur pakai (0.81%); 68.902 tergolong pecandu suntik (0.04%) dan 918.256 termasuk kelompok pecandu non- suntik (0.49%). Terjadi peningkatan sebesar 0.02% dari tahun 2015 dimana angka prevalensi sebesar 2.18%.

Dengan peningkatan angka prevalensi ini, kita ditantang untuk mengoptimalisasi upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba secara menyeluruh, dan salah satunya ialah upaya melakukan rehabilitasi terhadap pecandu narkoba secara berkualitas dan mendorong pendirian dan pengembangan panti rehabilitasi narkoba dalam kerja sama dengan komponen masyarakat.

Pada satu sisi, pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional (BNN), Kemensos maupun Depkes, telah mengembangkan program-program pencegahan dan pemulihan. Meskipun demikian, ternyata pemerintah belum cukup siap menghadapi program rehabilitasi 100 ribu pengguna narkoba yang dicanangkan oleh Presiden RI.

Pada sisi lain, kesulitan yang dihadapi ialah tidak saja menyangkut pembangunan panti rehab oleh pemerintah dan komponen masyarakat, tapi juga menyediakan tenaga-tenaga trampil: profesional dan kompeten di bidang adiksi ini.

Sesungguhnya, selama hampir 20 tahun, sejak berdirinya pada tahun 1998, YKM sudah menjawab apa yang diharapkan oleh Presiden pada saat ini. Ketika Indonesia ada dalam darurat narkoba, maka sangat dibutuhkan para konselor adiksi yang profesional dan kompeten, tapi juga panti rehab yang memenuhi standar nasional maupun internasional.

Dalam konteks itu, YKM jauh hari telah meningkatkan mutu pelayanannya dari program pemulihan menuju ketersediaan sekolah bagi tenaga profesional: sebagai konselor adiksi dan profesional adiksi dalam level nasional maupun internasional. Hal ini berarti YKM melalui Kedhaton Parahitanya telah menjadi pusat pembelajaran (Learning Center of WFTC) berdasarkan pengalaman- pengalaman akan penanggulangan korban adiksi dari pendekatan Therapeutic Community.

Demikian juga, YKM telah dipercayakan sebagai Education Provider for Addiction Professional (Pendidikan bagi Profesional Adiksi) dengan nama Parahita Education Provider (PEP).

Sejak awal YKM telah berpikir bagaimana meningkatkan mutu pelayananya terhadap korban narkoba dan pencegahan terhadap pengaruh narkoba sesuai dengan harapan pemerintah Indonesia maupun dunia. Melalui “Learning Center of Therapeutic Comunity” (dalam kerja sama dengan World Federation Therapeutic Communities) dan PEP (dalam kerja sama dengan Colombo-Plan), YKM telah siap menyambut pelaksanaan program rehabilitasi 100 ribu orang yang dicanangkan oleh Presiden RI, Joko Widodo secara efektif and efisien berdasarkan pengalaman dan pengetahuan (evident based).
(LS)

Read more
Open chat
1
Halo, ada yang bisa kami bantu?
Powered by